(Bangunan Sobokartti tampak depan)
Bangunan Sobokarti merupakan karya Karsten kedua yang berbentuk Jawa. Bangunan pertama adalah sebuah pendapa di komplek Istana Mangkunegara, Surakarta yang dibangun pada tahun 1923. Bangunan kedua yang dibangunnya adalah Gedung Sobokarrti ini. Bangunan Sobokartti dibangun karsten pada 1930. Pada waktu itu, bangunan Sobokarrti bernama Volkstheater Sobokartti.
Permintaan pembangunan gedung Sobokarrti pada waktu itu bertujuan untuk gedung
pertunjukan dan tempat latihan berbagai macam seni tradisional. Oleh karena fungsi
bangunan ini dibangun untuk pertunjukan kesenian, Thomas Karsten kemudian melakukan kajian dan pendalaman tentang kesenian rakyat Jawa seperti wayang orang
maupun wayang kulit.
(Bagian dalam Bangunan Sobokarti)
Thomas Karsten kemudian membuat sebuah gedung pertunjukan teater bergaya Barat tetapi bentuk luarnya berupa bangunan pendapa orang Jawa. Bisa dikatakan bangunan ini bergaya “Indo-European Style” atau gaya Hindia Belanda. Seperti penuturan pengurus harian Soboartti dan seperti yang dapat kita baca di salah satu pamflet di Sobokartti, gedung ini memiliki pencahayaan dan tingkat akustik yang baik untuk sebuah pertunjukan teater. Artinya, Thomas Karsten tidak main-main dalam membuat gedung ini. Gedung ini tentu saja sudah disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan dari gedung ini nantinya yaitu digunakana sebagai kegiatan kesenian maupun tempat pertunjukan kesenian rakyat.
(Atap Bangunan Sobokarti yang memungkinkan sirkulasi udara, penerangan, dan akustik yang baik)
Fungsi
Sobokartti sebagai tempat pertunjukan mengalami perubahan setelah pendudukan Jepang.
Kegiatan kesenian di gedung ini sempat terhenti. Oleh militer Jepang, gedung
Sobokartti diduduki dan difungsikan sebagai markas Jepang. Otomatis, kegiatan
kesenian di gedung ini menjadi tidak ada.
Setelah
masa kemerdekaan, gedung Sobokarti terus berperan aktif dalam sejarah perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Ketika terjadi pertempuran lima hari di Semarang, ada dua
belas pemuda gugur di Sobokarti. Setelah penjajahan Jepang berakhir, gedung ini
difungsikan seperti sedia kala yaitu sebagai tempat kegiatan kesenian.
Saat ini
gedung Sobokarti menjadi salah satu tempat di Kota Semarang yang sangat aktif
dalam kegiatan kesenian. Bukan hanya dalam penyelenggaraan lomba-lomba
kesenian, kegiatan kebudayaan, maupun pertunjukan kesenian rakyat. Tempat ini
juga dipakai sebagai sanggar kesenian. Cabang kesenian yang diajarkan mulai
dari seni tari, seni karawitan sampai seni pedalangan wayang kulit purwa.
Murid-murid yang mengikuti kegiatan ini mencapai lebih dari seratus orang mulai
dari tingkat anak-anak, remaja, sampai dewasa.
Bagi anda yang berada di Kota Semarang dan ingin mengenalkan kesenian daerah kepada putra-putri anda, anda bisa datang ke Sobokartti. Jenis kesenian yang diajarkan tidak hanya kesenian tradisi, tetapi juga mengajarkan jenis kesenian kreasi baru (untuk tari), wayang padat (untuk seni pedalangan), dan seni kreasi lainnya. Pemerintah Daerah juga sering meminta sanggar Sobokartti untuk mengisi acara-acara penting yang bersifat kedinasan. Ajang ini bisa dipakai sebagai ajang unjuk kebolehan.
Dibalik kemegahan dan eksistensi gedung Sobokartti di Kota Semarang terdapat sesuatu yang cukup memperihatinkan. Di masa pembangunan yang begitu pesat di Kota Semarang, keberadaan bangunan Sobokarti semakin tenggelan oleh pengurukan jalan di sekitar gedung ini. Pada beberapa dekade terakhir ini, jalan Dr. Cipto ketinggiannya selalu bertambah dan bertambahh. Akibatnya, ketinggian gedung ini sekarang di bawah jalan. Ketika hujan datang, air dari luar bisa masuk ke dalam gedung baik dari rembesan maupun dari luapan air pelatarannya. Untuk mengatasi banjir di gedung ini, pengurus Sobokartti biasanya memompa air yang berada di dalam gedung dengan mesin pompa air.
Web Sobokartti: Klik Disini
Berikut Lokasinya:
Krystiadi
Krystiadi
Penggiat Budaya Kota Semarang
Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud.
Komentar
Posting Komentar