Gereja Gereformeerd oleh masyarakat Semarang biasa disebut dengan
nama Gereja Ngaglik. Gereja Gereformeerd berdiri sejak jaman kolonial Belanda
pada awal abad ke-20. Gereja Gereformeerd
dibangun pada tanggal 27 Oktober 1918 tetapi baru diakui berbadan hukum oleh
Pemerintah Hindia Belanda sejak 18 Maret 1928. Pada mulanya bangunan asli Gereja
Ngaglik hanya bangunan gereja dan bangunan rumah pendeta. Sumber lain, mengatakan
bahwa pembangunan gereja Gereformeerd seperti yang terlihat sekarang diprakarsai oleh Pendeta Smith pada tahun
1928. Bangunan gereja lama kemudian dirombak menjadi bentuk gereja saat ini
dengan arsitek Oyen Van J Th pada tahun 1935. Pada masa itu juga terdapat penambahan
bangunan berupa gedung efata atau gedung pertemuan.
Sejak berdiri sampai dengan saat ini, gereja Gereformeerd telah
mengalami sejarah panjang. Pada awal perkembangannnya, gereja ini tidak hanya
dipakai orang-orang Belanda. Jemaat kristiani dari suku Jawa, Manado, Ambon,
dan Tionghoa juga diperbolehkan beribadah di tempat ini. Keberadaannya yang
sudah sejak lama menjadikan gereja ini sebagai wahana pekabaran injil pada masa
itu.
Gereja gereformeerd berdiri di atas gundukan bukit kecil seluas
5.000 meter persegi dan sanggup menampung jemaat sebanyak 400 orang. Kompleks
gereja ini terdiri dari bangunan gereja utama untuk kebaktian, satu bangunan
pastori, dan kantor Efata.
Bentuk gereja Gereformeerd memiliki bentuk unik
dengan atap menjulang tinggi menghadap ke selatan. Bangunan gereja memiliki
pondasi terbuat dari batu dengan tembok terbuat dari batu bata yang diplester
dan atapnya berbentuk segitiga dengan menara kecil di bagian depannya.
Konstruksi atapnya menggunakan rangka kayu jati dengan genting terbuat dari kayu
ulin yang biasa disebut dengan sirap. Bentuk jendela dan ventilasi ramping,
tinggi, tidak lebar tetapi besar. Pintu masuk gereja terbuat dari kayu dengan
ukuran pintu yang cukup besar dan lorong berbentuk melengkung. Di atas pintu
masuk terdapat salib besar dan menara lonceng.
Memasuki ruang gereja terdapat
sebuah ruangan besar untuk beribadah dengan organ jaman Belanda, kursi rotan
dengan sandaran kayu untuk jemaat, altar gereja bergaya lutheris yang terbuat
dari kayu jati berbentuk melengkung di atasnya terdapay meja kecil untuk
alkitab. Gaya altar seperti ini sudah jarang ditemui di Indonesia. Kemudian di
sebelah kanan dan kiri gereja terdapat kursi majelis di atasnya terdapat 12
patung kayu berbentuk tangan dengan posisi menengadah. Sedangkan dinding gereja
dilapisi panil-panil kayu yang berfungsi sebagai interior.
Krystiadi
Penggiat Budaya 2017-2019
Your Affiliate Money Making Machine is ready -
BalasHapusAnd making money with it is as simple as 1..2..3!
Here's how it works...
STEP 1. Tell the system which affiliate products you want to push
STEP 2. Add PUSH BUTTON traffic (it LITERALLY takes 2 minutes)
STEP 3. See how the system explode your list and sell your affiliate products on it's own!
Are you ready to make money automatically???
Click here to activate the system