DUGDERAN SEMARANG


Masyarakat Semarang pasti tidak asing dengan kata dugderan. Apabila masyarakat Semarang  mendengar kata dugderan, ada beberapa kata yang terlintas dalam pikiran mereka. Kata-kata itu antara lain: pawai budaya, bulan puasa, Kota Semarang, warak ngendog, kembang manggar, ganjel ril, banyu kataman, mainan tradisional, dll. Kata-kata tersebut muncul dalam benak masyaraka Semarang karena kata-kata tersebut mewakili rangkaian acara dugderan di Kota Semarang.

Istilah dugderan berasal dari kata dhug dan dher. Dhug berarti suara yang dihasilkan bedug Masjid Kauman/Masjid Agung Semarang ketika dipukul. Bunyi bedug tersebut terdengar dhug, dhug, dhug…. Dher berarti suara meriam Kanjengan yang terdengar dher!!! Sayangnya, suara dher dari meriam Kanjengan saat ini sudah tidak bisa didengar lagi karena meriam dan situs Kanjengan sudah tidak ada. Saat ini, suara dher dari meriam Kanjengan diganti dengan suara petasan dimana volumenya tidak kalah keras bila dibanding suara meriam. Suara dhug dan dher tersebut sudah sejak lama dipakai sebagai tanda akan dimulainya ibadah puasa bagi umat Islam di Kauman dan sekitarnya. Jadi, arti dugderan adalah sebuah rangkaian acara tradisi sebagai awal dimulainya ibadah puasa bagi masyarakat Kauman, Semarang, dan sekitarnya dengan tanda dipukulnya bedug dan dibunyikannya petasan di Masjid Agung Semarang.

Sejarah dugderan sebagai perhelatan budaya di Kota Semarang sudah ada sejak masa Kolonial dan tetap lestari sampai saat ini. Menurut beberapa sumber, acara dugderan telah ada sejak masa kolonial dan dimulai kira-kira tahun 1886. Acara ini dipusatkan di Masjid Agung Kauman sebagai tanda dimulainya bulan puasa bagi pemeluk agama Islam. Sampai saat ini, perhelatan budaya tersebut tetap lestari dengan rangkaian acara inti yang mirip dengan jaman dahulu bahkan lebih meriah.

Acara dugderan tahun 2018 seperti tahun-tahun sebelumnya. Rangkaian acara dugderan berlangsung dua hari. Kegiatan pertama adalah Karnaval Budaya yang dilaksanakan di Lapangan Simpang Lima Semarang mulai pukul 07.00 s/d selesai. Peserta kegiatan karnaval ini adalah siswa-siswi beserta para pengajar dari kesatuan pendidikan mulai dari PAUD sampai tingkat SMA. Kegiatan karnaval budaya dugderan tersebut dibuka langsung oleh Wali Kota Semarang dan dihadiri pula Kapoltabes, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Ketua PBNU Kota Semarang, Pejabat-pejabat Kota Semarang, dan tamu undangan lainnya.

Panggung Kehormatan


Persiapan peserta karnaval dengan membawa kembang manggar

Rangkaian acara karnaval budaya dugderan tahun 2018 diawali dengan tarian Gambang Semarang oleh siswa-siswi se Kota Semarang. Acara dilanjutkan dengan acara ceremonial dan dibuka secara resmi oleh Walikota Semarang. Acara dilanjutkan dengan karnaval budaya oleh peserta karnaval yang menampilkan pawai kembang manggar, pawai warak ngendog, kesenian lokal, drum band, permainan tradisional, pakaian tradisional, pakaian inovasi. Arak-arakan dimulai dari peserta karnaval paling selatan kemudian melewati depan panggung kehormatan. Ketika arak-arakan berada di depan panggung kehormatan, kelompok tersebut malkukab atraksi dengan dimoderatori oleh MC dari panitia. Setelah melewati panggung kehormatan kemudian berjalan ke utara arah hotel Ciputra, sesampainya di jalan raya kemudian berjalan melingkar ke arah selatan. Setelah sampai di Jalan Pandanaran, berjalan ke arah barat. Sesampainya di Taman Pandanaran, kemudian belok ke kiri menuju Taman KB, dan finish di taman KB.

 Tari Gambang Semarang yang ditarikan siswi Kota Semarang

Pawai permainan tradisional Egrang


Acara kedua adalah upacara dugderan di Balai Kota dan rangkaiannya. Adapun prosesi dugderan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Peserta terdiri dari: 16 kecamatan, NU, Muhammadiyah, Kementrian Agama, PITI, Organisasi Kepemudaan, Pasukan Berkuda, Kereta kencana dan bandi hias.



Urutan peserta karnaval budaya dugderan tahun 2018: Kendaraan Forreidjer, pasukan merah putih, kecamatan Semarang Selatan dan drumband PIP, diikuti PBNU, kementrian agama, organisasi Muhammadiyah, 12 Kecamatan, pasukan berkuda, kereta kencana Walikota, Bendi hias (Muspida, tokoh agama, denok kenang, SKPD)

Rute perjalanan : halaman Balai Kota, Jl. Pemuda, Masjid Agung Semarang (Masjid Kauman), Jolotundo, Masjid Agung Jawa Tengah.

Susunan Acara di Balai Kota: Persiapan, hiburan pembuka, pembuka, Komandan upacara memasuki lapangan upacara, prajurit Pandanaran menjemput Walikota selaku Kanjeng Bupati Semarang RMT. Aryo Purbaningrat, Tari kolosal, Wali kota menuju podium, penghormatan kepada wali Kota, laporan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Sambutan Wali Kota, Doa, Pelepasan karnaval ditandai dengan pemukulan bedug oleh Kanjeng Bupati Semarang didampingi Muspida dilanjutkan dengan rampak bedug, suara gamelan dan atraksi drumband PIP, Atraksi karnaval, perjalanan Kanjeng Bupati menuju Masjid Agung Semarang dengan menggunakan kereta kencana.

Kanjeng Adipati Purbaningrat memukul bedug di halaman Balaikota

Kirab Budaya di Jalan Pemuda

Upacara prosesi di masjid Agung Kauman: Kegiatan terdiri dari pembacaan Shukuf Halqoh, tabuh bedug, peledakan bom udara oleh wali Kota (Kanjeng Bupati RMT. Arya Purbaningrat) didampingi oleh Muspida dan seluruh ulama se Kota Semarang dilanjutkan pembagian air kataman Al-Quran dan Roti ganjel ril.

Roti Ganjel Ril

Agenda acara di Jolotunda: Rombongan sampai di jembatan Banjir kalan Timur, Pasukan dari kecamatan Gayamsari, Kecamatan Pedurungan, Kecamatan Genuk, kecamatan Semarang Timur.

Kegiatan di Masjid Agung Jawa Tengah: Kanjeng Bupati RMT. Arya Purbaningrat (Wali Kota) menyerahkan sukuf kepada RMT Probo Jadikusuma (Plt. Gubernur Jawa Tengah) untuk diumumkan kepada masyarakat.


Krystiadi
PB Semarang


Komentar