BANCAKAN/MOMONG

Bancakan
(Wujud Doa dan Ucapan Syukur Masyarakat Jawa)


(Bancakan yang sudah dibagikan kepada anak-anak)

Salah satu jenis tradisi orang Jawa yang masih hidup sampai saat ini adalah bancakan. Bancakan berasal dari kata dasar ancak yang artinya tempat/wadah untuk meletakkan nasi, sayur, dan lain-lain. Tetapi ada juga yang mengartikan bahwa bancakan berasal dari kata bancak yang berarti selamat. Tradisi bancakan merupakan simbol rasa syukur kepada Tuhan sebagai pencipta dan simbol rasa syukur kepada nenek moyang yang menjadi perantara Tuhan untuk kita bisa ada di dunia. Pada awal perkembangannya, bancakan dipahami orang Jawa sebagai ucapan syukur kepada sang pamomong atau pengasuh atau pembimbing secara spiritual. Latar belakang budaya yang menyebabkannya karena masyarakat Jawa pada jaman dahulu percaya bahwa setiap anak yang lahir selalu didampingi roh penjaga yang bertugas menjaga, dan membimbing seorang anak secara spiritual. Fungsi bancakan selain ditujukan untuk roh pendamping juga sebagai media untuk berdoa dan ucapan syukur kepada Tuhan.

Ada beragam bancakan yang berkembang di Jawa. Setiap jenis bancakan memiliki tata cara yang berbeda. Macam-macam bancakan yang berkembang di Jawa antara lain: bancakan saat lahiran bayi, peringatan sepasaran, peringatan selapanan bayi, peringatan weton, bancakan peringatan umur kandungan seperti mitoni, dll. Bancakan sebagai simbol doa syukur tersebut kadang-kadang dilaksanakan sebagai wujud syukur orang Jawa ketika terjadi peristiwa penting seperti mau membangun rumah, setelah membangun rumah, setelah membeli mobil, dan lain-lain.

Pelaksanaan bancakan dalam masyarakat Jawa biasanya dilaksanakan pada sore hari sekitar pukul 15.30 sampai jam 17.00 WIB. Waktu ini dipakai karena pelaksanaann bancakan disesuaikan dengan waktu anak-anak sudah pulang sekolah dan merupakan waktu bermain.

Makanan bancakan terdiri dari nasi; gudangan/urap yang terdiri dari kacang panjang, bayam, kangkung yang dicampur dengan bumbu parutan kelapa; ditambah pisang, telur rebus, ikan asin, karak, bumbu kedelai pedas, kadang ditambahkan tempe.

Penyusunan makanan tersebut sebagai berikut:  
1. Tambir, atau tampah, atau ancak di atasnya diberi daun pisang yang berfungsi sebagai alas.
2. Nasi putih ditaruh di atas tampah dan dibentuk kerucut atau biasa disebut tumpeng. Di atas tumpeng bisa ditambahkan tusukan bawang merah dan cabai besar merah.
3. Sayur urap atau gudangan ditaruh mengelilingi nasi.
4. Telor rebus, ikan asin, dan pisang ditaruh di atas gudangan, sedangkan
5. Bumbu kedelai pedas dipisahkan karena ada anak yang tidak suka pedas.
6. Kadang-kadang ditambahkan kerupuk nasi dan uang

Setelah semua makanan sudah diletakkan di atas tampah. Berikut urutan acara bancakan :

1. Nasi bancakan didoakan di dalam rumah oleh orang yang dituakan atau orang yang berkepentingan.
2. Nasi bancakan dibawa keluar rumah.
3. Anak-anak di sekitar rumah dipanggil untuk datang dan mengikuti acara bancakan.
4. Setelah anak-anak berkumpul, pemilik rumah berdoa di depan anak-anak disambut kata amin berulang-ulang oleh semua yang hadir. Tujuan doanya biasanya supaya sehat, rejeki lancar, anak tidak nakal, dan menitipkan kepada anak-anak sekitar untuk menjaga adik bayi yang baru lahir.
5. Makanan dibagikan kepada anak-anak dengan ditempatkan di ungkusan. Isi ungkusan tersebut antara lain nasi, gudangan, ikan asin goreng, bumbu kedelai bagi yang suka pedas, telur yang sudah diiris-iris, pisang yang diiris, tempe, kerupuk nasi, dan kadang-kadang ditambahkan uang 1.000 atau 2.000.
6. Setelah bancakan habis dibagikan, sisanya ditaruh di sumur, di perempatan atau pertigaan jalan. Namun kebiasaan terakhir ini kadang-kadang sudah tidak dilakukan.

Selain Jawa Tengah, tradisi bancakan juga berkembang di Jawa Barat. Tradisi bancakan bagi masyarakat Sunda mencerminkan kebersamaan, kerukunan dan persatuan, kesetaraan bagi semua kalangan. Aneka lauk yang disajikan dalam bancakan Sunda antara lain nasi liwet, aneka lauk seperti ayam goreng, ikan goreng, tahu tempe goreng, lalapan, urap, sambal terasi. Suku Batak juga memiliki tradisi makan bersama. Tradisi ini disebut tradisi mamlo yang berarti mengundang orang untuk datang dan makan bersama. Mamboan sipangonan yaitu menghantarkan makanan suka cita.

Krystiadi

Komentar