Tiwul
Tiwul yang dalam penulisan ejaan bahasa Jawa menjadi thiwul pada jaman dahulu merupakan makanan pengganti
nasi. Pada masa penjajahan, thiwul merupakan makanan pokok masyarakat Jawa.
Thiwul dimakan bersama lauk pauk dan sayuran. Setelah jaman penjajahan, thiwul
masih dikonsumsi sebagian masyarakat Jawa karena tingkat ekonomi sebagian
masyarakat Jawa yang masih rendah. Namun setelah tahun 2000an, konsumsi thiwul sebagai bahan makanan pokok sudah tidak ada atau berkurang. Keberadaan thiwul dan gathot yang ada sejak lama, telah menjadi salah satu warisan bagi masyarakat nusantara.
Proses pembuatan
thiwul
adalah sebagai berikut: singkong dikupas lalu dijemur hingga kering. Singkong
kering tersebut disebut gaplek. Gaplek kemudian ditumbuk hingga halus menjadi
seperti tepung. Tepung tersebut kemudian dikukus hingga matang. Tepung ketela
yang telah matang tersebut disebut thiwul.
Cara pembuatan gathot berbeda
dengan thiwul. Gathot dibuat dari gaplek yang sudah kering disiram air sampai
merata. Lakukan hal tersebut antara 5-7 hari sehingga warnanya menjadi hitam.
Kemudian potong kecil-kecil sesuai selera. Langkah selanjutnya jemur singkong
tersebut sampai benar-benar kering. Kemudian kukus gathot kering tersebut.
Sajikan
thiwul dan gathot yang sudah dikukus dengan parutan kelapa. Thiwul dan gathot
memiliki rasa yang khas. Rasanya manis, gurih, dengan aroma ketela yang khas.
Krystiadi
Penggiat Budaya 2017-2019
Komentar
Posting Komentar